Entri Populer

Kamis, 28 April 2011

KDM : Perhitungan Cairan, PEngukuran Asupan dan Keluaran Cairan

Nah ini adalah hasil pembuatan makalah saya terbaru.
Cek this Out !!

BAB II
PERHITUNGAN CAIRAN, PENGUKURAN ASUPAN DAN KELUARAN CAIRAN

2.1. Proporsi Cairan Tubuh
            Air memiliki presentase yang besar dari badan manusia. Pada bayi prematur sekitar 80% dari barat badannya adalah air. Sedangkan pada bayi yang lahir cukup sekitar 70% dari berat badannya merupakan air. Seiring dengan bertumbuhnya usia maka presentase air menurun. Pada orang dewasa laki-laki kira-kira 60% dari berat badannya adalah air. Sedangkan pada wanita dewasa sekitar 50% adalah air. Presentase air pada tubuh lansia kira-kira 45% sampai 55% dari berat badannya. (Horner dan Swearingen.2001).
            Cairan di dalam tubuh manusia tidaklah terkumpul didalam satu tempat saja, melainkan didistribusikan kedalam dua ruangan utama yakni cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang terdapat didalam sel denganm jumlah sekita 40% dari berat badan, dan merupakan bagian dari protoplasma. Pada intraseluler ini terjadi proses metabolisme.
            Cairan ekstraseluler adalah cairan yang terdapat diluar sel dengan jumlah sekitar 20% dari berat badan dan berperan dalam memberi bahan makanan bagi sel dan membuang sampah sisa metabolisme. Cara ekstraseluler ini terbagi menjadi dua, yaitu cairan intersitial dan cairan intravaskuler. Cairan intersitial adalah cairan yang terdapat pada celah antarsel atau disebut pula cairan jaringan, berjumlah sekitar 15%  dari berat badan. Pada umumnya cairan intrasitial berfungsi sebagai pelumas agar tidak terjadi gesekan pada saat dua jaringan tersebut bergerak. Contoh dari cairan intersitial yaitu cairan pleura, cairan perikardial dan cairan peritoneal. Cairan intravaskuler merupakan cairna yang terdapat didalam pembuluh darah dan merupakan plasma yang berjumlah sekitar 5% dari berat badan.

2.2. Komponen Cairan
1. Cairan Nutrien
Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori dalam bentuk karbohidrat, nitrogen, dan vitaminn yang penting untuk metabolisme. Kalori Yng berada cairan dapat berkisar antara 200-1500 kalori perliter.
Cairan nutrien terdiri atas :
§  Karbohidrat dan air, contoh : dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar (½ dextrose dan ½ levulose)
§  Asam amino, contoh : amigen, amonosol, dan travamin
§  Lemak, contoh : lipomul dan liposyn.
1.    Blood Volume Expanders
                 Blood volume eksanders merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi untuk meningkatkan volume pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma. Jenis blood volume expanders antara lain human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik, sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
2.    Cairan Elektrolit
                 Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonik, hipotonik dan hipertonik.
                 Contoh cairan elektrolit adalah :
§  Cairan Ringer’s, terdiri atas : Na+, K+, Cl-, Ca2+
§  Cairan Ringer’s Laktat, terdidri atas : Na+, K+, Mg+, Cl-, Ca2+, HCO3-
§  Cairan Buffer’s, terdiri atas : Na+, K+, Mg2+, Cl-, HCO3-
2.3. Pengaturan Volume Cairan Tubuh
            Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
2.3.1.      Asupan Cairan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ±2500 cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh yang dimana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.
2.3.2.      Pengeluaran Cairan
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubungkan dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukan dalam praktik klinis. Pengeluaran cairan dapat pula dilakukan melalui kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses).
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, demam, keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus-menerus.
Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:
1.      Urine
      Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria. Proses ini merupakan proses pengeluaranm cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil eksresi terakhir proses ini adalah urine.
      Jika terjadi pennurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor antrium jantung kiri dan kanan akan mengirimkan impuls ke otak, kemudian otak akan mengirimkan impuls kembali ke ginjal dan memproduksi ADH sehingga memengaruhi pengeluaran urine.
2.      Keringat
      Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas. Keringat dapat mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam plasma.
3.      Feses
      Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya berlebihan, maka dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan memalui feses adalah 100 ml/hari.

2.4. Metode Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
            Keseimbangan cairan dalam tubuh tidak boleh dianggap sepele karena dapat mengganggu vitalitas fungsional tubuh. Apabila tidak segera ditanggulangi maka akan menyebabkan kematian. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional harus tanggap dan cakap dalam mengatasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
            Perawat harus memiliki kompetensi yang baik dalam beberapa hal terkait dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit guna penanggulangan gangguan cairan dan elektrolit. Kompotensi tersebut meliputi terapi intravena, mengukur intake dan output cairan, dan transfusi darah.
2.4.1. Menghitung Cairan Intravena (Infus)
            Pemberian cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Tindakan ini dilakukan pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfusi darah, pra dan pasca bedah sesuai pengobatan, serta klien yang tidak bisa makan dan minum melaui mulut.
Prosedur kerja :
1.      Observasi kepatenan selang dan jarum IV
a.       Buka pengatur tetesan dan observasi kecepatan aliran cairan dan larutan IV ke dalam bilik tetesan dan kemudian tutup pengatur tetesan apabila kecepatan telah sesuai dengan yang diprogramkan.
b.      Apabila cairan tidak mengalir, rendahkan botol kantung cairan IV sampai lebih rendah dari tempat masuknya infus dan observasi adanya aliran balik darah.
2.      Periksa catatan medis untuk pemberian larutan dan zat aditif yang tepat. Program yang biasa di resepkan ialah pemberian larutan selama 24jam, biasanya dibagi ke dalam 2 sampai 3 L. Kadangkala program pemberian IV hanya berisi 1 L untuk mempertahankan vena tetap terbuka (KVO). Catatan juga memperlihatkan waktu yang diperlukan untuk menginfuskan setiap liter cairan.
3.      Kenali faktor tetesan dalam bentuk banyaknya tetesan/ml (tts/ml) dari sebuah set infus, misalnya :
§  Mikrodrip (tetes mikro) : 60 tts/ml
§  Makrodrip (tetes makro), yang terdiri dari :
-       Abbott Lab : 15 tts/ml
-       Travenol Lab : 10 tts/ml
-       McGaw Lab : 15 tts/ml
-       Baxter         :  10 tts/ml
4.      Pilih salah satu formula berikut untuk menghitung kecepatan aliran ( tts/ml) setelah menghitug jumah ml/ jam jika dibutuhkan.
Volume total (ml) ÷ jam pemberian infus = ml/jam
a.                       ml/jam ÷ 60 menit = tts/mnt
b.                      ml/jam x faktor tetes ÷ 60 menit = tts/mnt
5.      Apabila digunakan pompa infus atau peralatan pengontrol volume, tempatkan alat tersebut di sisi tempat tidur.
6.      Tentukan kecepatan per jam dengan membagi volume dengan jam.
Contohnya :
1000 ml ÷ 8 jam = 125 ml/jam atau jika 4 L diprogramkan untuk 24 jam, maka :
  4000 ml ÷ 24 jam = 166,7 atau 167 ml/jam
7.       Tempelkan label volume secara vertikal pada botol atau kantung IV di sebelah garis penunjuk volume. Beri tanda plester berdasarkan kecepatan aliran perjam.
Misalnya : Jika seluruh volume cairan akan diinfuskan dalam 8,10, dan 12 jam, masing-masing ukuran tersebut akan ditandai dengan plester.
8.   Setelah kecepatan perjam ditetapkan, hitung kecepatan permenit berdasarkan faktor tetes didalam set infus. Set infus minidrip ini memiliki faktor tetes 60 tts/ml. Tetesan yang biasa digunakan atau makrodrip yang digunakan pada contoh ini memiliki faktor tetes 15 tetes/ml. Dengan menggunakan rumus, hitung kecepatan aliran permenit :
Contoh kasus :
Botol 1 : mengalirkan 125 ml/jam
Mikrodrip :
Makrodrip :
9.   Hitung kecepatan aliran dengan menghitung jumlah tetesan di dalam bilik tetesan selama 1 menit dengan menggunakan jam tangan dan kemudian atur klem penggeser untuk meningkatkan atau menurunkan kecepatan infus. Ulangi sampai kecepatan aliran akurat.
10.  Ikuti prosedur ini untuk ;
a.       Pompa infus :
(1). Tempatkan monitor elektronik pada bilik tetesan di bawah asal tetesan dan di atas tinggi cairan di dalam bilik.
(2). Tempatkan selang infus IV dengan bagian atas kotak pengontrol searah dengan aliran (mis. Di bagian atas, bagian selang terdekat, dengan klien). Pilih jumlah tts/mnt atau volume/jam, pintu untuk mengontrol bilik ditutup, nyalakan tombol daya dan tekan tombol start untuk memulai.
(3). Pastikan bahwa alat pengukur kecepatan. Tetesan pada selang infus berada pada posisi terbuka saat pompa infus digunkan.
(4). Pantau kecepatan infus sekurang-kurangnya setiap jam.
(5). Kaji kepatenan sistem IV ketika alarm berbunyi.
b. Peralatan pengontrol volume
(1). Tempatkan peralatan pengontrol volume diantara kantung IV dan isertion spike dan set infus
(2). Masukan cairan yang akan diberikan dalam 2 jam ke dalam peralatan tersebut.
(3). Kaji sistem IV sekurang-kurangnya setiap jam sekali dan tambahkan cairan ke dalam peralatan. Atur kecepatan aliran.
11.  Observasi klien setiap jam untuk menentukan respons terhadap terapi IV dan upaya memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Juga periksa daerah pemasangan IV untuk melihat adanya tanda-tanda infiltrasi, inflamasi dan plebitis.
12. Catat kecepatan infus, tts/mnt, dan ml/jam dicatatan klien sesuai dengan kebijakan lembaga.
Cara Menghitung Tetesan Infus :
a.       Dewasa :
Tetesan/Menit =
       Keterangan :
1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro
Comoh Soal :
1.      Seorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000ml (2 botol) infus dalam waktu satu jam, maka tetesan permenit ?
Jawab : Jumlah tetesan/menit =
2.      Berapa tetes macro per menit tetesan 500 cc infus RL harus diberikan agar habis dalam 4 jam?
Jawab :
§  Jumlah cc Rl yang diberikan perjam : 500 cc ÷ 4 jam = 125 cc/jam
§  Jumlah cc RL yang diberikan per menit :
125 cc ÷ 60 = 2,083 cc/menit
§  1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro
Jadi 2,083 cc = (2,083 x 20) = 41,66 tetes makro
(2,083 x 60) 124,98 tetes mikro.

b.      Anak :
Tetesan/Menit =
            Contoh Soal :
1.      Seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengna 250 ml infus dalam waktu 2 jam, maka tetesan permenit ?
Jawab : Jumlah tetesan/menit =
2.4.2.      Mengukur Intake dan Output Cairan
            Pengukuran intake dan output cairan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh (intake) dan jumlah cairn yang keluar dari tubuh (output). Tujuan dari mengukur intake dan output cairan yaitu untuk menentukan status keseimbangan cauran tubuh klien dn juga untuk menetukan tingkat dehidrasi klien.
                        Prosedur :
a.       Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Cairan yang masuk ke dalam tubuh melalui air minum, air dalam makanan, air hasil oksidasi (metabolisme) dan cairan intrvena.
b.      Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, cairan yang keluar dari tubuh terdiri atas urine, insensible water loss (IWL), feses, dan muntah.
c.       Tentukan kseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus intake-output.
Keseimbangan Intake dan Output :
a. Rata-rata intake cairan perhari :
1). Air minum : 1500 - 2500 ml
2). Air dari makanan : 750 ml
3). Air hasil metabolism oksidatif : 300 ml
b. Rata-rata output cairan perhari :
                                1). Urine : 1-2 cc/kgBB/jam
                                2). Insensible water loss :
                                      - dewasa : IWL = 10-15 cc/kgBB/hari
                                      - anak-anak : IWL = 30-umur th cc/kgBB/hari
                                      - bila ada kenaikan suhu :
                                        IWL = 200 (suhu sekarang sampai 36,8oC)
      3). Feses : 100-200 ml
 
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika

Potter and Perry. 2006. Buku fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik edisi 4 volume 2. Jakarta : EGC




3 komentar: